Sabtu, 15 Juni 2013

Korosi  pada Logam dan Metode Pencegahannya
(Metal Corrosion and The Prevention Methods)


Abstrak
Korosi adalah istilah yang biasa digunakan untuk kerusakan logam akibat proses elektrokimia. Reaksi korosi adalah reaksi kimia yang cukup lambat, akan tetapi hasil reaksinya sangat berpengaruh sekali terhadap kehidupan umat manusia, karena logam banyak digunakan di hampir semua sektor industri. Logam yang mengalami korosi akan rusak atau daya tahannya berkurang. Berkurangnya daya tahan logam yang digunakan di dalam industri sudah barang tentu sangat berbahaya bagi lingkungan ataupun akan menurunkan produktivitas industri. Kerugian yang ditimbulkan dari proses korosi mengharuskan adanya tindakan pencegahan terjadinya korosi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam dapat terkorosi. Dilihat dari faktor-faktor penyebab terjadinya korosi dapat digunakan sejumlah metode pencegahan korosi.
Kata Kunci: faktor penyebab korosi, korosi logam, metode pencegahan, proses terjadinya korosi.


Rabu, 12 Juni 2013

artikel ku...


Koroso pada Logam dan Metode Pencegahannya
(Metal Corrosion and The Prevention Methods)
Handariatul Masruroh
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37
, Jember 68121
E-mail: Handariatul_m@yahoo.com
Abstrak
Korosi adalah istilah yang biasa digunakan untuk kerusakan logam akibat proses elektrokimia. Reaksi korosi adalah reaksi kimia yang cukup lambat, akan tetapi hasil reaksinya sangat berpengaruh sekali terhadap kehidupan umat manusia, karena logam banyak digunakan di hampir semua sektor industri. Logam yang mengalami korosi akan rusak atau daya tahannya berkurang. Berkurangnya daya tahan logam yang digunakan di dalam industri sudah barang tentu sangat berbahaya bagi lingkungan ataupun akan menurunkan produktivitas industri. Kerugian yang ditimbulkan dari proses korosi mengharuskan adanya tindakan pencegahan terjadinya korosi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam dapat terkorosi. Dilihat dari faktor-faktor penyebab terjadinya korosi dapat digunakan sejumlah metode pencegahan korosi.
Kata Kunci: faktor penyebab korosi, korosi logam, metode pencegahan, proses terjadinya korosi.

Abstract
Corrosion is the term commonly used for metal damage caused by the electrochemical process. Corrosion reaction is fairly slow chemical reaction, but the reaction proceeds very influential on human life, because the metal is widely used in almost all industrial sectors. Metal will corrode damaged or reduced durability. Reduced durability of metal used in the industry, of course, is very harmful to the environment or to reduce the productivity of the industry. Losses incurred from the corrosion process requires precautions corrosion. There are several factors that affect a metal can be corroded. Seen from the factors that cause the occurrence of corrosion can be used a number of methods of prevention of corrosion.
Keywords: factors that cause corrosion, metal corrosion, prevention methods, the process of corrosion..


Pendahuluan
Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh terjadinya reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan logam. Pada dasarnya korosi merupakan suatu reaksi oksidasi dari suatu logam akibat adanya serangan kimia dari lingkungan sperti air, udara dan sebagainya.
Korosi merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi sering disebut juga sebagai pengkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah[1].
Korosi dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Korosi dapat menyerang pada berbagai jenis logam. Logam sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari karena logam dapat merupakan komponen dari suatu dari peralatan-peralatan sehari-hari maupun digunakan sebagai komponen dari bangunan-bangunan. Korosi tidak menyerang pada logam yang berukuran besar saja, namun juga mampu menyerang logam pada komponen-komponen renik peralatan elektronik mulai dari arloji, baut dan sebagainya yang sangat berguna dalam berbagai aktivutas manusia baik dalam kegiatan industri maupun di dalam rumah tangga.
Terjadinya korosi pada logam menimbulkan kerugian yang cukup besar untuk aktivitas manusia. Adanya kerugian tersebut mengharuskan adanya tindakan-tindakan pencegahan terjadinya korosi. Pencegahan tersebut dilakukan dengan cara melindungi logam dari penyebab korosi. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya korosi, terdapat banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi seperti metode modifikasi lingkungan, modifikasi logam, perlindungan katodik dan pelapisan.
Korosi merupakan masalah ilmiah yang cukup serius. Hingga saat ini masalah korosi secara ilmiah belum tuntas terjawab. Korosi merupakan masalah yang menyangkut kinetika rekasi yang menjadi wilayah kajian ahli kimia. Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena menyangkut efisiensi pemakaian suatu bahan maupun peralatan dalam kegiatan industri. Dampak yang ditimbulkan dari proses korosi sangat merugikan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh korosi dapat berupa dampak secara langsung maupun secara tidak langsung. Berdasarkan hal ini sangat menarik untuk mendiskusikan tentang korosi, proses terjadinya korosi, faktor-faktor penyebab korosi dan metode yang dapat digunakan untuk mencegah korosi.

Isi
Korosi logam merupakan suatu reaksi redoks spontan yang bersifat cukup kompleks yang dapat didekati menggunakan pemahaman kimiawi sel elektrokimia. Korosi merupakan proses redoks pada permukaan logam dengan lingkungannya. Karat pada besi, pudarnya warna perak, dan warna hijau pada permukaan tembaga adalah beberapa contoh korosi dalam kehidupan sehari-hari. Korosi terjadi karena sebagian besar logam mudah teroksidasi dengan melepas elektron ke oksigen di udara dan membentuk oksida logam.
Contoh korosi yang paling lazim adalah korosi pada besi. Proses korosi pada logam besi dapat dijelaskan sebagai berikut,
Pertama-tama besi mengalami oksidasi:
Fe → Fe2+ + 2e E°= 0,44 V
Pada proses ini, elektron mengalair dari anode ke bagian lain dari besi yang berlaku sebagai katode. Di bagian katode oksigen terduksi. Reaksinya adalah sebagai berikut:
O2 + H2O + 4e → 4OH- E°= 0,40V atau
O2 + 4H+ + 4e → 2H2O E°= 1,23V
Ion besi (II) yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O. Oksida Fe2O3.xH2O yang terbentuk menempati volum yang lebih besar dibanding Fe. Oleh karenanya, karat pada besi menggelembung dan dapat terlihat jelas. Dari hasil ini dapat terlihat bahwa proses korosi memerlukan oksigen dan air. Sehinga besi yang disimpan dalam udara yang kering akan lebih awet bila dibandingkan di tempat yang lembab[2].
Pada udara lembab, besi cenderung terkorosi terutama pada daerah yang tergores atau bengkok. Daerah demikian disebut anode sedangkan daerah lainnya pada besi berfungsi sebagai katode.
Korosi dapat dianggap sebagai suatu sel elektrokimia. Elektron mengalir dari anode ke katode melalui logam seperti halnya aliran elektron dalam kawat. Korosi yang berprinsip pada elektrokimia memiliki 3 komponen penting dalam kelangsungan proses tersebut yaitu:
1. Anoda
Anoda merupakan bagian dari logam yang mengalami korosi diamna oksidasi terjadi. Padaa bagian ini oksidasi terjadi dengan melepaskan elektron-elektron dari atom logam netral untuk membentuk ion yang kemudian bereaksi membentuk karat.
2. Katoda
Katoda merupakan bagian yang tidak mengalami korosi karena menerima elektron. Pada bagian ini ini logam mengalami reduksi dengan menerima elektron-elektron dari anoda. Reaksi yang terjadi pada katoda bergantung pada pH larutan. Pada larutan asam akan terbentuk gas H2 sedangkan pada larutan basa akan terbentuk gas O2.
3. Elektrolit
Elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan listrik sebagai media perpindahan elektron dari anoda menuju katoda. Jenis elektrolit bermacam-macam. Air dapat digunakan sebagai elektrolit karena kebanyakan air bersifat konduktif.
Korosi dapat terjadi dimana saja dan pada bahan apa saja. Boleh dikatakan bahwa hampir tidak ada benda padat yang tidak dapat mengalami korosi. Beberapa logam akan mengalami reaksi oksidasi dengan oksigen di dalam keadaan normal. Oksida logam yang terbentuk terdapat pada lapisan luar dari logam. Reaksi korosi adalah suatu reaksi yang terjadi kalau di dalam suatu logam terdapat dua buah elektroda yang mempunyai muatan berbeda. Perbedaan muatan tersebut karena di dalam logam tersebut terdapat dua atau lebih logam yang tidak sama sebagai unsur takmurnian atau impurities. Logam-logam yang tidak sama tersebut dapat bertindak sebagai anoda ataupun sebagai katoda tegantung pada jenis logamnya[3].
Perbedaan jenis logam tersebut akan menghasilkan perbedaan potensial terhadap larutan elektrolit yang terdapat di antaranya. Jadi reaksi korosi adalah reaksi elektrokimia yang terdapat di dalam suatu batang logam tertentu. Untuk jelasnya di bawah ini dituliskan reaksinya.
L → Ln+ + ne-
Reaksi ini terjadi pada anoda, anoda memproduksi kation L dan elektron, kemudian elektron tersebut akan mengalir ke katoda. Pada katoda terjadi reaksi reduksi dari logam/ion yang mempunyai muatan positif, reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut.
2H+ + 2e→ H2
O2 + 2H2O +4e → 4(OH)-
2H2 + 2e → 2(OH)- + H2
Elektron yang dihasilkan oleh anoda akan mengalir melalui logam, sedangkan elektrolitnya mengakibatkan reaksi antara elektrokimia di atas.
Jadi reaksi korosi dapat terjadi kalau di dalam suatu logam terdapat katoda, anoda dan elektrolit, serta aliran eksternal. Kalau salah satu dari komponen tersebut tidak terdapat di dalam suatu logam, maka tidak akan terjadi reaksi korosi. Demikian pula halnya, kalau di dalam besi yang sangat murni sekali, meskipun di dalamnya terdapat cukup banyak air, maka tidak akan terjadi korosi di dalam logam besi tersebut. Unsur oksigen juga memegang peranan yang sangat penting di dalam proses besi menjadi oksida besi dan kondisi asam[4].
Terjadinya korosi disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut berasal dari logam itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi kontak langsung logam dengan H2O dan O2, keberadaan zat pengotor, kontak dengan elektrolit, temperatur dan sebagainya[4].
Korosi pada permukaan logam merupakan reaksi redoks, reaksi redoks yang terjadi ini merupakan sel elektrokimia. Keberadaan air (H2O) dan oksigen (O2) dapat mempercepat proses korosi pada permukaan logam. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangakan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Proses korosi pada permukaan logam tersebut akan semakin cepat dengan semakin banyaknya jumlah oksigen dan air yang mengalami kontak dengan permukaan logam.
Pada peristiwa korosi, keberadaan zat pengotor di permukaan logam dapat mempercepat terjadinya korosi. Hal ini terjadi karena dengan adanya zat pengotor pada permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi.
Peristiwa korosi pada permukaan logam dapat dipercepat juga oleh adanya kontak dengan elektrolit. Keberadaan elektrolit dapat mempercepat laju korosi dengan menambah terjadinya reaksi reduksi tambahan. Konsentrasi elekrolit yang besar dapat meningkatkan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.
Temperatur juga dapat mempengaruhi proses korosi pada permukaan logam. Temperatur dapat mempercepat kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secar umum, semakin tinggi temperatur semakin cepat cepat korosi berlangsung. Hal ini terjadi karena dengan meningkatnya temperatur energi kinetik yang dimiliki partikel semakin besar sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada permukaan logam semakin meningkat.
Korosi pada logam menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan tidak langsung. Kerugian secara langsung dapat berupa kerusakan parah pada bangunan, jembatan, kapal dan mobil. Sedangakan kerugian secara tidak langsung berupa terganggunya aktivitas produksi dari suatu industri karena kerusakan peralatan produksi akibat korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa, separti kejadian runtuhnya jembatan akibat korosi, terjadinya kebakaran akibat kebocoran pipa akibat korosi dan meledaknya pembangkit tenaga nuklir akibat terjadinya korosi pada pipa uapnya. Adanya kerugian yang ditimbulkan dari korosi mengharuskan adanya suatu tindakan pencegahan proses terjadinya korosi.
Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses korosi, dapat digunakan sejumah metode untuk mencegah terjadinya korosi. Beberapa metode yang sering digunakan untuk mencegah terjadinya korosi adalah metode modifikasi lingkungan, modifikasi logam, perlindungan katodik dan pelapisan.
Cara mencegah terjadinya korosi dengan menggunakan metode modifikasi lingkungan pada umumnya dilakukan dengan cara menjaga kelembapan udara dan keasaman lingkungan. Metode modifikasi lingkungan ini hanya dapat dilakukan untuk perlatan logam yang berada di dalam ruangan. Sedangkan untuk peralatan logam yang dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan luar, metode ini tidak dapat digunakan.
Pencegahan korosi menggunakan metode modifikasi logam dapat dilkukan dengan cara membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat. Ketika besi membentuk alloy (paduan logam) dengan unsur-unsur tertentu, besi akan lebih tahan terhadap korosi. Contoh dari alloy adalah baja. Baja merupakan alloy dari besi. Baja mengandung sebelas persen hingga dua belas persen kromium dan sedikit mengandung karbon, disebut stainless steel. Baja ini ini tahan karat dan sering digunakan dalam industri, untuk bahan kimia, dan di rumah tangga[4].
Pencegahan korosi menggunakan perlindungan katode dapat dilakukan dengan menghubungkan logam yang akan dilindungi dengan logam lain yang lebih reaktif. Logam yang lebih rektif tersebut dijadikan sebagai anode korban yang akan menyuplai elektron dan bertindak sebagai anode dalam sel elektrokimia korosi. Untuk memahami hal ini, ambil contoh penggunaan logam Mg (E° = -2.37V) untuk perlindungan logam Fe (E° = -0.44V). adanya logam Mg ini akan membuat besi sukar mengalami korosi. Hal ini disebabkan magnesium lebih mudah teroksidasi dibandingkan dengan besi. Sehingga magnesium yang akan mengalami korosi sedangakan besi tidak.
Pencegahan korosi menggunakan metode pelapisan dilakukan dilakukan dengan cara melapisi logam dengan logam yang lebih reaktif. Penggunaan logam lain yang lebih reaktif akan menempatkan logam tersebut sabagai penyuplai elektron atau bertindak sebagai anode dalam sel elektrokimia korosi. Contohnya adalah melapisi logam besi dengan tembaga atau timah. Logam Cu (E0= +0.34V) dan Sn ( E0=-0.14V) memiliki potensi reduksi yang lebih positif daripada besi. Logam-logam ini akan lebih mudah teroksidasi sehingga logam-logam ini dapat melindungi besi dari korosi. Selain menggunakan pelapis logam yang lebih reaktif, dapat juga digunakan pelapis pelindung lainnya yang sukar ditembus oleh oksigen seperti cat, oli maupun gemuk. Pelapisan permukaan besi harus terlapis sempurna untuk menghindarkan kontak dengan oksigen. Proses pelapisan yang tidak sempurna dapat lebih berbahaya dibandingkan besi tanpa pelapis. Pengaratan dapat terjadi pada bagian yang tertutup sehingga tidak terdeteksi[5].

Kesimpulan
Korosi logam merupakan suatu reaksi redoks spontan yang bersifat cukup kompleks yang dapat didekati menggunakan pemahaman kimiawi sel elektrokimia. Elektron mengalir dari anode ke katode melalui logam seperti halnya aliran elektron dalam kawat. Korosi yang berprinsip pada elektrokimia memiliki 3 komponen penting dalam kelangsungan proses tersebut yaitu anoda, katoda dan elektrolit. Terjadinya korosi disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut meliputi faktor dari logam itu sendiri maupun dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi kontak langsung logam dengan H2O dan O2, keberadaan zat pengotor, kontak dengan elektrolit, temperatur dan sebagainya. Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi proses korosi, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mencegah terbentuknya korosi. Beberapa metode yang sering digunakan untuk mencegah terjadinya korosi adalah metode modifikasi lingkungan, modifikasi logam, perlindungan katodik dan pelapisan.

Daftar pustaka
[1] “Korosi, kumpulan artikel,” Scribd. [Online]. Available: http://ml.scribd.com/doc/51475435/korosi-kumpulan-artikel. [Accessed: 09-Jun-2013].
[2] “Pengertian Korosi,” Scribd. [Online]. Available: http://ml.scribd.com/doc/68874351/Pengertian-Korosi. [Accessed: 09-Jun-2013].
[3] “Korosi pada logam,” Scribd. [Online]. Available: http://ml.scribd.com/doc/90973992/korosi-pada-lgam. [Accessed: 09-Jun-2013].
[4] “FENOMENA KOROSI,” tsf farmasi unsoed 2012. [Online]. Available: http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/22/fenomena-korosi/. [Accessed: 09-Jun-2013].
[5] “Karat,” Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 16-May-2013.





Selasa, 21 Mei 2013

jurusanku..:)


Saya Handariatul Masruroh, biasa dipanggil Handa. Saya adalah  mahasiswa dari Universitas JemberSaya  Handariatul Masruroh, biasa dipanggil handa. Saya adalah mahasiswi dari Universitas Jember angkatan 2012. Universitas Jember merupakan satu-satunya universitas negeri di kabupaten Jember. Universitas Jember atau yang sering disingkat UNEJ memiliki julukan Green Campus. Julukan ini dberikan kepada UNEJ karena UNEJ memiliki kampus kampus dengan lingkungan hijau  yang penuh dengan pepohonan sehingga kegiatan akademik menjadi sejuk dan rileks. Unej memiliki 15 fakultas, dari 15 fakultas tersebut FMIPA menjadi pilihan saya. FMIPA UNEJ memiliki 4 jurusan, yaitu jurusan matematika, biologi, fisika, dan kimia. Saya masuk di jurusan kimia. berikut ini akan dijelaskan secara singkat sejarah jurusan kimia FMIPA UNEJ.

Sejarah Singkat Jurusan Kimia FMIPA UNEJ
Jurusan Kimia merupakan salah satu Jurusan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Jember. Embrio Jurusan Kimia dimulai dengan didirikannya Laboratorium Kimia Dasar di bawah Unit Pelaksana Teknis MIPA (UPT MIPA) sejak tahun 1993. Laboratorium Kimia Dasar bertugas melayani kegiatan praktikum untuk mahasiswa Fakultas Pertanian (FP), Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), Program Studi Kedokteran Gigi (PSKG) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Kegiatan operasional Jurusan dibidang akademik dimulai sejak tahun akademik 1997/1998 dengan status Program Studi, yang pada saat itu di bawah naungan PSMIPA, dengan menggunakan kurikulum yang disusun bersama antara PS Kimia dengan Tim Konsorsium PS Kimia di bawah Koordinasi Prof. Dr. Ami Suwandi dari PS Kimia Unair melalui kegiatan technical assistance Development for Undergraduate Education Project (DUE Project). Bantuan tenaga ahli dilanjutkan melalui Proyek Pengembangan Sebelas Lembaga Pendidikan Tinggi (P2SLPT) ADB Loan No. 1253-INO, untuk bidang kimia dikoordinasikan oleh Prof. Dr. Susanto Imam Rahayu dari Jurusan Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sejak Tahun Akademik 1997/1998 Program Studi Kimia disamping melaksanakan kegiatan akademik untuk mahasiswa Program Studi Kimia sendiri, juga melaksanakan kegiatan layanan untuk mahasiswa tahun pertama dalam bentuk Resource Sharing untuk mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan kegiatan layanan untuk mahasiswa dari Fakultas Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), dan Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD).
Mahasiswa tahun pertama yang dibina berjumlah 25 orang, diseleksi secara mandiri. Baru pada tahun akademik 1998/1999 JURUSAN Kimia menerima mahasiswa baru yang diseleksi melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK). Jumlah Staf Dosen pada tahun 1997/1998 berjumlah 11 orang, sedangkan pada tahun akademik 2000/2001 berjumlah 20 orang. Pada tahun 2001, Program Studi Kimia Universitas Jember berubah status menjadi PS Kimia secara resmi dari Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor: 95/DIKTI/Kep/2001 tanggal 16 April 2001.
Berdasarkan hasil evaluasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), sejak 1 Juni 2006, JURUSAN Kimia telah terakreditasi pada peringkat B dengan sertifikat BAN PT No. 08666/Ak-X-S1-004/UJXKHM/VI/2006.